Translate Online

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Minggu, 16 Mei 2010

Sejarah Paduan Suara

Paduan suara Musik paduan suara adalah musik yang dilantunkan oleh suatu paduan suara atau koor. Koor adalah bahasa Belanda, yang berasal dari bahasa Yunani choros (di dalam bahasa Inggris disebut pula sebagai choir), yang berarti gabungan sejumlah penyanyi di mana mereka mengkombinasikan berbagai suara mereka ke dalam suatu harmoni.
Hampir semua paduan suara kini menyajikan lagu-lagu mereka di dalam suatu harmoni yang terdiri dari empat bagian, yaitu sopran (suara tinggi wanita), alto (suara rendah wanita), tenor (suara tinggi pria) dan bas (suara rendah pria).
Namun demikian, karya-karya musik paduan suara dapat pula ditulis atau diaransir di dalam lebih dari empat bagian tadi. Musik paduan suara dapat digubah dengan iringan instrumen maupun tanpa iringan instrumen atau biasa disebut sebagai a cappella. Tetapi sebagian besar karya-karya musisi terkemuka ditulis untuk paduan suara dengan iringan instrumen

Sebenarnya paduan suara sudah mempunyai suatu sejarah yang cukup panjang, karena paduan suara ini sudah dikenal dan membawakan lagu-lagu pujian di kenisah-kenisah Sumeria pada kira-kira 3000 tahun sebelum Masehi. Di Yunani kuno, paduan suara bahkan diajarkan di sekolah-sekolah, di mana pada masa itu juga sering berlangsung berbagai macam lomba paduan suara, seperti yang ada di negeri kita.
Paduan suara juga dikenal di sinagoga Yahudi, di mana di sinagoga ini paduan suara dibagi ke dalam beberapa kelompok dan mereka bernyanyi bersautan dengan para penyanyi solo atau cantor. Hampir sebagian besar dari nyanyian dan pujian di sinagoga-sinagoga ini diambil dari Alkitab, terutama sekali dari Kitab Mazmur.
Dalam perkembangannya, pada tahun 800-an suatu jenis musik baru yang disebut musik polyphonic berkembang di Eropa. Dalam musik polyphonic ini beberapa melodi dimainkan atau dinyanyikan dalam waktu yang bersamaan.
Pada akhir tahun-tahun 1100-an, karya-karya musik yang ditulis oleh beberapa komponis, seperti komponis Perancis Perotin menggabungkan semua unsur musik, seperti melodi, irama, harmoni dan polypohonic dan karya-karya tersebut ditampilkan oleh paduan suara, penyanyi solo dengan iringan berbagai instrumen musik. Sebuah karya musik paduan suara yang terkenal pada tahun 1300-an adalah Misa Notre Dame, yang digubah oleh komponis dan penyair Perancis Guillaume de Machaut pada tahun 1364.

Pada tahun 1600-an merupakan sesuatu hal yang biasa untuk memasukkan beberapa instrumen musik dalam komposisi paduan suara. Dan pada waktu yang hampir bersamaan, ditemukan pula bentuk-bentuk baru karya musik paduan suara, seperti cantata gerejawi dan oratorio. Oratorio adalah karya-karya musik dengan seting atau berlatar belakang Injil. Karya-karya ini digubah baik untuk paduan suara, penyanyi solo maupun untuk instrumen pengiringnya.
Dua komponis dunia terkemuka yang menggubah musik paduan suara adalah Johann Sebastian Bach dan George Frederick Handel dari Jerman. Karya Bach St. Matthew Passion (1729) dan oratorio karya Handel berjudul Messiah (1742) merupakan karya-karya yang banyak digelar di berbagai negara. Di dalam hampir semua musik paduan suara karya Bach dan Handel, orkestra maupun iringan instrumen solo memainkan bagian yang sangat penting di setiap pagelaran.
Karya-karya lain yang terkenal pada masa itu antara lain adalah The Creation (1798), gubahan Franz Joseph Haydn dari Austria dan Requiem (1791) karya Wolfgang Amadeus Mozart, juga dari Austria.
Kini, di zaman modern sekarang ini, banyak komponis terkemuka dunia yang telah menulis berbagai karya musik paduan suara yang indah. Di antara mereka itu antara lain terdapat Igor Stravinsky dari Rusia, yang menggubah antara lain Symphony of Psalms pada tahun 1930 dan Arnold Schoenberg dari Austria.
Banyak pula karya-karya musik paduan suara yang terkenal hingga saat ini yang digubah oleh Charles Ives dari Amerika Serikat, Bela Bartok dan Zoltan Kodaly dari Hungaria, Arthur Honegger dari Perancis, Paul Hindemith dan Carl Orff dari Jerman serta Sir William Walton dan Benjamin Britten dari Inggeris.

Sumber : S. Soekamto sumber: http://www.gkipi.org/files/kasut/031127.htm

Jumat, 14 Mei 2010

Cara Bernyanyi Yang Baik

Bernyanyi?, siapa sih didunia ini orang yang nggak bisa nyanyi, saya rasa semua orang didunia ini pasti bisa bernyanyi, dan hanya alasan aja kalau ada orang yang ngaku nggak bisa nyanyi.

Nyanyi adalah sebuah anugrah yang diberikan sang pencipta kepada seluruh mahluknya, jangankan manusia, burung aja bisa bernyanyi kok he..he..he (walaupun dalam bahasa berbeda (baca :”berkicau”)), merdu sekali lho, apa mungkin burung punya guru vokal ya?smile_sad 

Nah…supaya dalam bernyanyi, bisa dicapai hasil yang baik dan menghasilkan suara yang enak didengar, maka ada beberapa hal/tips yang perlu diperhatikan sebelum bernyanyi, diantaranya adalah sebagai berikut :

lightbulb(Nb : tips ini juga bisa digunakan untuk latihan teknis bernyanyi dalam paduan suara)

1. Pernafasan

Kebaikan bernyanyi seseorang tergantung dari bagaimana dia melakukan pernafasan. Sebanyak 80% kebaikan pernafasan mempengaruhi kebaikan bernyanyi. Pernafasan yang digunakan dalam bernyanyi adalah pernafasan DIAFRAGMA (sekat rongga dada) bukan pernafasan bahu atau dada. dalam pernafasan ini, yang terpenting bukan menggerakkan otot – otot rongga perut ke depan, melainkan ke kanan dan ke kiri.

Untuk memperoleh kebaikan bernyanyi, yang harus dihindari adalah:

a. Pemborosan nafas

b. Mengambil nafas terlalu banyak

c. Menunggu sampai kehabisan nafas

d. Berdiri dengan sikap badan kaku

e. Tulang punggung membungkuk

2. Kesadaran adanya resonansi

Cara bagaimana kita menyadari adanya resonansi adalah dengan cara bersenandung. Melakukan senandung dengan baik adalah dengan cara mengatupkan bibir dengan ringan, tidak merapatkan gigi atas dan bawah namun membentuk celah ± 1 jari, dengan lidah dalam keadaan lemas dan ujungnya menyentuh akar gigi bawah. Saat bersenandung kita bisa meraba dan merasakan bagian mana yang terasa paling bergetar.

nada 1

3. Memperbesar ruang resonansi

Untuk mencari ruang resonansi yang baik, hendaknya menutup salah satu daun telinga dengan telapak tangan kemudian menyanyikan bunyi “m”

Bantuan untuk memperbesar ruang resonansi adalah dengan bayangan seakan – akan mau meluap. Dalam bernyanyi cukuplah dibayangkan saja mau menguap kemudian gunakanlah ka, ta, d,a ra.

nada 2

atau dengan

nada 3

4. Memperkeras dinding – dinding resonansi

Susunan rongga – rongga resonansi setiap orang selalu berbeda, sehingga inilah yang menyebabkan perbedaan warna suara setiap orang berbeda. Untuk memperkeras dinding rongga resonansi bisa dilakukan hal – hal sebagai berikut:

nada 4

   dada…dada…dodo…didi….

Dengan latihan seperti ini, diharapkan dinding – dinding resonansi bisa menjadi keras dan kokoh. Dalam bernyanyi, kita harus berusaha agar langit – langit lunak bisa terangkat setinggi – tingginya.

 

5. Menghindari turunnya nada

Untuk menghindari agar suara kita tidak turun, hendaknya para penyanyi membidik nada sedikit tinggi dan tepat sasaran, sehingga nada – nada yang kita nyanyikan tepat dan tidak turun.

Alasan – alasan mengapa nada yang dinyanyikan kurang tepat :

1. Suasana bernyanyi terlalu tegang atau kurang menyenangkan

2. Konsentrasi bernyanyi kurang

3. Kehabisan nafas

4. Nada – nada yang ditekan terlalu lama

5. Kurang peka akan keselarasan dalam gabungan suara

6. Kurang mahir dalam membidik lompatan nada

7. Mudah menyerah pada nada – nada sukar

8. Tidak menguasai nada – nada sukar

9. Warna gelap dan terang mempengaruhi tinggi nada

10. Kecenderungan mengikuti tangga nada lain

11. Tergelincir waktu mengayunkan nada

Setiap lagu yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi memang diharapkan bisa memberikan nyawa atau jiwa pada lagu etrsebut, namun penjiwaan paduan suara atau individu tidaklah sama. Penyanyi individu, lebih bebas mengekspresikan mimik pada lagu yang dibawakannya (bisa dengan sedih, ceria, dll), sedangkan penyanyi paduan suara, lebih ditonjolkan pada permainan wajah saja.